"Gue nggak tau kalo boat ini punya lo!" suara Kipoy melemah. "Sore tadi gue sampe di Bali ama dua temen gue. Tapi keduanya peregi ke Pelabuhan Celukan Bawang dan ninggalin gue sendirian di hotel. Daripada nggak tau harus ngapain, gue nyusul dia-dia pada, tapi lewat jalan pasir. Soalnya kalo lewat jalan beneran, gue takut nyasar, makanya gue nyusurin pinggiran pantai ini. Kata orang, patokannya kapal-kapal gede. Kalo gue udah ketemu ama kapal begitu, tandanya gue udah sampe di pelabuhan. Nah, tadi pas lagi ngaso, ngelepas keringat di batu karang, gue liat kapal boat ini. Iseng aja, gue naek atasnya. Soalnya kan seumur hidup gue belom pernah naek yangbeginian, apa salahnya nyobain. Trus gue liat lo lari sambil bawa tembakan, ya daripada terjadi yang nggak-nggak, mendingan gue ngumpet!"
......................................................
"Kamu duduk di kursi paling belakang sana. Aku antarkan kamu ke Pelabuhan Celukan Bawang!" kata Evi,da alhirnya. "Jangan berbuat macam-macam, diam sampai tiba di tempat tujuan. Lalu kamu bisa turun baik-baik tanpa memperlihatkan tingkah aneh. Sedikit gerakan yang mencurigakan, aku tembak!"
.......................................................
Desss...!
Satu rendagan keras melanda rahang lelaki besar ini. Tanpa ampun serangan mendadak itu membuatnya ambruk mencium tanah. Tidak ada kesempatan, baru saja dia mau menoleh melihat siapa gerangan penyerangnnya, satu hantaman lagi mendarat dan membuatnya langsung pingsan.
Saduran oleh Erylasmanta Ginting, SH - Kasi Pelestarian Bahan Pustaka/ Pustakawan Muda
Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Karo
"MARI BERAMAI-RAMAI MEMBACA KE PERPUSTAKAAN"