"Oke, aku sebentar lagi jalan dari kantor." Aku pun bergegas. Keluar kantor ke tempat mobilku diparkir. Tak lama kemudian sambil menyetir mobil dan menikmati laga manis Tony Bannet dari CD, suara merdunya menenteramkan perasaanku. When the world is cold, I will feel a glow just thinking of you and the way you look tonight, yes you are lovely with your smile so warm... Wow kata-katanya begitu menyentuh di petang yang basah ini. Heran, mengapa selama ini tak kuperhatikan isi lagu kesayangan Panca, kekasihku selama 4 tahun terakhir ini, padahal lagu ini begitu manis. Ah, maafkan aku ya. Selanjutnya aku berkata dalam hati, kok bisa-bisanya Panca menyukai lagu ini, bukankah ini termasuk lagu jadul? Usianya tujuh tahun di bawahku, he he. Malah dia mungkin lebih hafal lagu ini daripada aku. Aku bahkan tak tahu judulnya. Kavernya entah sudah ke mana. Oh ya, aku segera teringat seorang kawan sesama dosen yang kira- kira seusia denganku yang juga suka mengoleksi lagu manis, aku langsung menelpon Pak Setio, menanyakan judul lagu ini Syukurlah, jadi bisa kuceritakan kepada Panca bahwa lagu "the way you look to night" ini indah, dia pasti senang aku menjadi penikmat lagu itu seperti dirinya. Aku memutar balik mobilku di U turn dan dengan ringan melaju ke Pondok Indah Mall. Kemacetan memang milik metropolitan yang paling orisinil, terutama sejak sepuluh tahun terakhir. Apa boleh buat, sebagai warga ibu kota kita tentu saja sudah piawai menghadapi cobaan dan ujian harian ini.

..........................................................

Kota kaum urban yang sejak dulu tak henti-hentinya bersolek agar bisa menyandang sebutan sebagai metropolitan yang ramah ini sedang dilanda panas terik. Dengan wajah kelelahan Ester tiap sebentar menghapus keringat di wajahnya. Sedikit lagi dia akan tiba di depan gang rumah kosnya. Ester bekerja di sebuah hotel berbintang lima di kawasan Jakarta Selatan, karena itu dia memilih kos di daerah terdekat agar tidak terlalu jauh dari rumahnya sendiri di Utara Jakarta, tepatnya di Tanjung Priok. Di usianya yang terbilang masih muda, menjelang 19 tahun, Ester tampak dewasa, bukan hanya dari penampilannya tapi juga dalam pemikiran-pemikirannya.

..........................................................

Hal seperti itu diucapkan juga di rumah Haji Ilyas. Hanya waktu libur besar saja ada putra yang pulang sejenak. Atau sejumlah kemenakan datang berkunjung. Ada kalanya menginap. Tak jarang hanya menginap sehari. Semua senang kepada Tante Risma. Semua sayang kepada Beni dan Bena. Mereka montok. Pipi mereka kerap dicubiti karena gemas. Dan Tante Risma selalu punya oleh-oleh hasil jahitan atau sulaman untuk dibawa pulang.

Saduran oleh Erylasmanta Ginting, SH - Kasi Pelestarian Bahan Pustaka/ Pustakawan Muda

Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Karo

"MARI BERAMAI-RAMAI MEMBACA KE PERPUSTAKAAN"