"Kau benar soal mengapa orang harus mempunyai nama," ucapnya di sela rasa geli. " Tanda Dyah Laksita itu nama anakku. Kuberi ia nama adalah untuk menandai dirinya dan membedakan dari nama orang lain. Orang memang butuh nama supaya tidak saling bertabrakan."

.........................................

"Aku tahu kakang mendapatkan diriku melalui cara yang tidak wajar. Kakang hadir dalam mimpiku, kakang bahkan menguasai ilmu sirep. Aku menduga tak hanya aku yang mengalami keadaan seperti ini, tentu masih ada banyak gadis lain. Aku tidak mempersoalkan hal itu, akan tetapi aku ingin tahu apakah kakang masih akan datang dan menyelinap di alam mimpi gadis lain?"

.........................................

Maka demikiankah,

Ki Ajar Kembang Ayun bermaksud mengakhiri pertempuran itu, apa pun akibat yang harus ditanggung, bahkan kemungkinan tewas terbunuh dalam peran tanding itu. Ki Ajar Pratonggo[ati juga berada dalam kesadaran serupa. Juga Empu Gandring sangat menyadari, benturan aji pamungkas itu bisa berakibat buruk.

Saduran oleh Erylasmanta Ginting, SH - Kasi Pelestarian Bahan Pustaka/ Pustakawan Muda

Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Karo

"MARI BERAMAI-RAMAI MEMBACA KE PERPUSTAKAAN"